Assalamualaikum
warahmatullahi wabarokatuh. Perkenalkan
nama saya Raden Muhammad Imadudin dari prodi teknik kimia fakultas teknik UMS angkatan 2022. Saya disini ingin menceritakan kisah saya mengikuti kegiatan
volunteering di acara Muktamar Muhammadiyah dan Aisiyah yang ke-48. Pengalaman
mengikuti muktamar tahun ini ialah pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Alhamdulillah
pada kesempatan ini saya diamanahi di bagian pemondokan sebagai volunteer.
Keanggotaan di bagian volunteer ini pikir saya ialah sesuatu yang harus saya
syukuri. Karena setahu saya recruitment untuk volunteer di bagian pemondokan
ini ialah berasal dari pesantren mahasiswa UMS (PESMA UMS), dan saya bukan
mahasiswa dari PESMA UMS. Saya bisa menjadi anggota volunteer bagian pemondokan
karena diajak oleh teman satu kelas saya, Rezti. Ceritanya, pada suatu kumpul
kerja kelompok saya iseng bilang kalau saya ingin ikutan menjadi semacam
panitia untuk acara muktamar besok karena saya pikir jarang-jarang ada acara
sebesar ini diadakan di Solo, dengan kampus saya UMS menjadi tuan rumahnya.
Hari-hari
pun berlalu dan pada suatu saat teman saya, Rezti, tiba-tiba mengirimi saya
link untuk mendaftar menjadi volunteer pemondokan muktamar. Saya senang sekali
waktu itu. Akhirnya saya diberi kesempatan untuk ikut serta berperan aktif di
acara terbesar Muhammadiyah tersebut. Terima kasih Rezti.
Kegiatan
pertama saya sebagai volunteer pemondokan ialah mengikuti latihan simulasi
muktamar. Latihan tersebut diadakan di PESMA UMS dengan peserta anggota
Muhammadiyah sekitar Jawa Tengah sebagai tamu dan kami, volunteer bagian
pemondokan, sebagai penerima tamu. Latihan tersebut, seperti namanya, bertujuan
untuk mensimulasikan secara garis besar acara muktamar besok, khususnya mekanisme
ketika tamu masuk ke penginapan. Dari sisi tamu, simulasi ini bermanfaat supaya
tamu mengetahui mekanisme alur-alur yang harus ditempuh pada saat acara
muktamar. Dari sisi volunteer sendiri latihan ini bermanfaat supaya para
volunteer bisa mensimulasikan bagaimana alur penyambutan tamu yang akan
menginap di penginapan, dan yang paling penting ialah para volunteer sudah
dibiasakan dengan ramainya desakan-desakan orang yang mengantri saat muktamar
nanti.
(Foto 1: Co-card bagian pemondokan)
Di acara
simulasi tersebut juga saya mulai bertemu dan berkenalan dengan orang-orang
baru, baik dari temen-temen sesama volunteer maupun dari temen-temen koordinator.
Beberapa diantaranya juga menjadi teman ngobrol sampai sekarang, alhamdulillah.
Disaat simulasi itu juga saya pertama kali menginjakkan kaki di kompleks kampus
4 UMS yang sebelum-sebelumnya hal tersebut hanya menjadi wacana.
Kegiatan
kedua volunteer pemondokan ialah di Sidang Pleno I PP Muhammadiyah. Sidang
Pleno tersebut dilaksanakan di tengah-tengah ujian tengah semester kami di UMS.
Tapi alhamdulillahnya saya mendapat bagian shift di hari weekend, hari sabtu,
siang hari sehabis ujian pagi.
Untuk
kegiatan kali ini pada awalnya saya tidak mendapatkan slot untuk job-nya. Saat itu saya terlambat
mendaftar dan hanya mendapat slot sebagai cadangan. Saat itu saya mendapat
bagian sebagai cadangan di hotel Lorin Syariah. Namun qodarullah ketika itu volunteer
di hotel Alana ada yang berhalangan hadir, jadi saya ditunjuk oleh koordinator
untuk menggantikan yang tidak hadir tersebut. Untuk hotel yang digunakan pada
saat Sidang Pleno I kali ini ada 4 hotel: hotel Alana, hotel Lorin, hotel Lorin
Syariah, dan hotel Lorin Dewangsa.
Sabtu itu,
siang hari saya berangkat ke hotel Alana. Kebetulan saya juga sudah lama sekali
tidak mampir ke hotel, jadi awalnya saya agak canggung. Selain itu, ini juga pertama
kali saya berkunjung ke hotel Alana. Jadi sudah canggung, asing lagi. Tapi,
apapun itu kita harus tetap maju. Toh, setelah beberapa waktu canggung itu akan
hilang dengan sendirinya, begitupula dengan perasaan asing.
Seperti
yang sudah saya duga, di hotel Alana saya terkaget-kaget dengan orang baru dan
berbagai jabatan serta peran yang menyertainya. Di situ saya bertemu dengan
direktur PESMA UMS yang juga menjadi ketua volunteer bagian pemondokan, ibu
Muamaroh, tapi saya tidak tahu karena saya bukan orang PESMA. Disitu saya juga
bertemu dengan bapak dosen yang menjadi koordinator panitia, beliau dosen ilmu
hukum. Beliau ialah orang yang pertama kali saya temui di hotel Alana. Saya
masih ingat waktu itu beliau memberi tahu bahwa disini ada bu Am, panggilan bu
Muamaroh. Saya pikir siapa bu Am? Saya tertawa-tertawa sendiri mengingat
kejadian tersebut. Ya, mungkin pak Dosen hukum tersebut mengira bahwa saya juga
mahasiswa dari PESMA dan siapa mahasiswa PESMA yang tidak kenal bu Am, kan?
(Foto 2 : Hotel Alana dari seberang jalan)
Selain
bertemu kedua koordinator tersebut saya juga bertemu dengan rekan-rekan
volunteer dan panitia muktamar hotel Alana. Perbedaan dari panitia dan
volunteer ialah panitia terdaftar menjadi anggota muktamar secara resmi
sedangkan kami (volunteer) tidak. Apapun itu kami tetap bekerjasama untuk
mensukseskan acara muktamar ini. Dari rekan volunteer hotel Alana saya bertemu
dengan Sherin dan mbak Aldila, rekan satu shift saya. Dari panitia saya bertemu
dengan mba Tampi dan mas Yoga. Untuk jabatan mas Yoga ini saya kurang tahu
karena ketika saya tanya-tanya dia cuman menjawab “diajak dosen”. Entah diajak
menjadi panitia atau hanya sebagai peneman dosen saya tidak tahu. Tapi, dugaan
saya ialah dia menjadi panitia, karena dosen yang mengajak mas Yoga sendiri
juga panitia. Saya cukup termotivasi dengan mas Yoga ini. Dia diajak oleh dosen
karena memang mas Yoga ini cakap dari berbagai sisi, baik secara personal
maupun secara kepanitiaan. Hal tersebut membuat saya termotivasi untuk tetap
maju dan sebisa mungkin menunjukan profesionalitas kita sebagai anggota,
khususnya anggota kepanitiaan, seperti mas Yoga. Karena dengan itu kita akan more likely mendapat kesempatan lagi
untuk belajar di acara-acara lain sebagai anggota panitia maupun syukur-syukur
sebagai ketua panitia. Keren.
Tugas utama
volunteer pemondokan ialah mengecek check in dan check out para peserta Sidang
Pleno I. Kebetulan ketika saya bertugas para peserta Sidang Pleno sudah pada
check in. Jadi, tugas saya tinggal menjaga stand resepsionis muktamar di hotel
Alana dan melayani para beberapa peserta
Sidang Pleno lain yang belum check in. Jujur ini pertama kali saya
mengurus bagian perhotelan semacam ini. Saya waktu itu masih belum tahu apa-apa
saja yang harus dipersiapkan dan diketahui oleh seorang resepsionis yang
menjaga stand di suatu event. Alhamdulillahnya
teman-teman saya sesame resepsionis senantiasa membantu dan malahan saya disana
hamper tidak melakukan apa-apa karena memang sangat tidak tahu. Tapi, Alhamdulillah
seiring berjalannya waktu saya mulai paham dan terbiasa dengan alur kerja
sebagai resepsionis. Saya belajar banyak disana.
Sidang
Pleno I pun selesai dengan sangat memuaskan Alhamdulillah. Dari sisi panitia
dan volunteer yang penting ialah acara berlangsung sampai selesai dan tidak ada
kendala serius pada saat pelaksanaannya. Alhamdulillah juga di sela-sela
kegiatan sebagai resepsionis, saya dan teman-teman resepsionis lainnya diberi
kesempatan untuk bisa berfoto bersama dengan Pak Haidar Nashir selaku Ketua PP
Muhammadiyah (yang kelak terpilih lagi di periode selanjutnya). Kebetulan hotel
Alana tempat kami bertugas ialah hotel tempat para pemimpin pusat Muhammadiyah
diinapkan, salah satunya ialah beliau Bapak Haidar Nashir. Saya senang sekali
bisa berfoto dengan beliau. Foto tersebut saya sebar di grup whatsapp keluarga.
(Foto 3 : Bersama Pak Haedar Nashir dan istri. Saya paling ujung [batik merah])
Kegiatan
volunteering muktamar yang ketiga ialah pada saat acara inti Muktamar
Muhammadiyah dan Aisiyah itu sendiri. Acara inti MMA (atau Muktamar
Muhammadiyah dan Aisiyah) diadakan tanggal 18-20 November dan bertepatan dengan
milad Muhammadiyah dan Aisiyah. Untuk bagian pemondokan sendiri kami sudah
bersiap-siap H-1 acara dimulai dan baru selesai di H+2 acara selesai, mulai
dari tanggal 17 sampai tanggal 21 November. Untuk kali ini saya mendapatkan job
di hotel Lorin Solo. Alhamdulillah saya mendapat job di hotel yang paling dekat
dengan kost saya. Saya berterima kasih kepada panitia yang telah memilihkan
hotel yang dekat karena memang saya berangkat menggunakan sepeda kayuh, saya
tidak membawa motor. Teman-teman panitia sangat perhatian.
Hari
pertama berangkat shift. Untuk pembagian shift job-nya masih sama seperti acara
sidang pleno kemarin, yaitu 1 hari dibagi 3. Satu orang sehari mendapat jatah
shift masing-masing 8 jam. Di hari pertama saya mendapat shift kedua, yakni jam
3 sore sampai jam 11 malam. Okelah, saya berangkat. Kebetulan itu saat pertama
saya berkunjung ke hotel Lorin. Dan alhamdulillahnya tidak ada kendala tersesat
atau yang semacamnya ketika itu. Hotel Lorin sendiri terletak di pinggir jalan raya
Adi Sucipto. Tak sulit tentunya untuk menemukan hotel tersebut. Kendalanya
mungkin terletak pada penamaan hotel. Itulah yang menjadi kendala para peserta
muktamar. Hotel Lorin sendiri mempunyai cabang-cabang. Cabangnya masih terletak
di satu kompleks, tetapi namanya berbeda: hotel Lorin, hotel Lorin Syariah, dan
hotel Lorin Dewangsa. Para peserta muktamar banyak yang kebingungan tentang
masalah ini. Ada yang masuk ke hotel Lorin padahal tempatnya di hotel Lorin
Dewangsa, dan sebagainya. Itu juga menjadi pembelajaran untuk saya pribadi
jaikalau kedepannya saya juga diberi kesempatan untuk memiliki hotel, amiin.
(Foto 4 : Di gerbang masuk Hotel Lorin)
Untuk job shift
kedua di hari itu saya mendapat giliran menjaga resepsionis stand muktamar
sendiri. Menurut pembagian jobnya seperti itu. Tapi, Alhamdulillah saya
ditemani oleh ketua kelompok pemondokan di hotel Lorin, ketua yang juga sempat
menjadi teman satu kelompok saat acara sidang pleno kemaren, Sherin.
Jadwal hari
pertama ialah kedatangan dari teman-teman media. Tapi qodarullah dari belasan
teman-teman media yang terdaftar, hanya ada satu yang datang. Sisanya dicancel. Alhamdulillah tugas shift hari
ini dicukupkan sampai jam 8 malam dikarenakan para tamu sudah mengkonfirmasi
akan datang keesokan harinya. Saya dan Sherin pun memutuskan untuk pulang.
Tapi, sebelum itu kami melihat-lihat dulu ruang ke sekitar tempat stand
resepsionis kami. Satu lagi pelajaran tentang kepanitiaan ialah walaupun kita
sudah diberi job-job khusus tentang suatu tugas sudah seyogyanya kita juga
mengetahui job-job anggota panita yang lain, atau secara lebih luas bagaimana
acara itu berjalan secara umum. Termasuk juga tempat-tempat atau stand-stand
panitia di sekitar kita. Karena dengan mengetahui hal tersebut kita menjadi
terasa terhubung satu sama lain di dalam kepanitiaan, dan menurut saya itu
sesuatu yang sangat penting – tak terlihat tetapi sangat krusial dalam
kerjasama tim.
(Foto 5 : Ibu-ibu Aisiyah bersiap berangkat untuk acara muktamar)
Hari kedua
muktamar para tamu sudah mulai check in di hotel. Tamu-tamu di tempat saya
bertugas mayoritas merupakan PDA (Pimpinan Daerah Aisiyah) dari seluruh
Indonesia. Ada yang dari Aceh, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Mayoritas tamu disini
berasal dari luar jawa. Hanya ada satu yang dari daerah jawa yaitu dari DIY.
Seperti yang sudah diduga, hotelnya bakalan ramai. Bayangkan saja , ada 350-an
ibu-ibu dari seluruh penjuru Indonesia mampir di satu hotel dalam acara besar
seperti ini. Saya masih ingat keramaian pada saat itu. Suara bahasa-bahasa
asing dengan logat khas daerah masing-masing turut meramaikan suasana hotel
yang sebelumnya sepi. Saya masih ingat waktu
itu saya pernah bermimpi tentang keramaian ibu-ibu muktamar di hotel, padahal
pada saat itu saya sedang tidur di kost menunggu job shift selanjutnya. Saya
tertawa-tertawa sendiri mengingat kejadian itu, saking ramainya.
Di hari
ketiga muktamar saya mendapat kabar bahwa ibu dari teman saya SMA, Adit, telah
meninggal dunia. Saya dan teman-teman SMA saya mendapat kabar tersebut bakda
subuh. Kebetulan rumah dari teman saya tersebut tidak terlalu jauh dari Solo.
Ia tinggal di Klaten. Pagi itu juga, walaupun semalaman bergadang tidak tidur
dikarenakan job shift malam, saya tetap memutuskan untuk pergi ke Klaten, ke
rumah teman saya, untuk layatan. Pada saat itu saya sudah membuat janji dengan
teman saya yang lain yang tinggal tidak jauh dari UMS, di Colomadu. Dikarenakan
jalanan di sekitar Solo masih ramai karena acara muktamar kami pun berencana
untuk bertemu di De Tjolomadoe, yang kemudian rencananya saya “nunut” teman
saya tersebut yang membawa mobil untuk melanjutkan perjalanan kami ke Klaten.
Sayang seribu sayang, ternyata keramaian muktamar tersebut juga telah menjalar
ke titik tempat pertemuan kami, di De Tjolomadoe. Malahan disitu menjadi salah
satu titik pusat keramaian muktamar dikarenakan ada salah satu acara muktamar
yang juga diadakan disana. Inilah pentingnya mengetahui acara kepanitiaan
secara utuh. Saya tidak tahu hal tersebut, dan saya terjebak macet di acara
kepanitiaan yang saya sendiri ikut andil di dalamnya.
(Foto 6 : Keramaian di De Tjolomadoe selama muktamar)
Hari
keempat. Setelah pekerjaan satu kita beralih ke pekerjaan lainnya. Pagi itu,
saya ada acara SOKER. SOKER sendiri ialah semacam sekolah organisasi yang
diadakan oleh himpunan jurusan saya, jurusan teknik kimia. Pagi itu, tepat
setelah job shift malam saya langsung mengikuti zoom materi sekolah organisasi
SOKER. Wajah saya waktu itu sembab tidak karuan dikarenakan belum tidur
semalaman. Walaupun begitu, saya tetap berusaha untuk ikut dan aktif di sesi
materi tersebut. Alhamdulillah, sesi materi pada hari itu berakhir dengan
lancar (belakangan saya mendapat penghargaan sebagai peserta SOKER terbaik
tahun ini). Dan saya masih punya waktu 1 jam untuk tidur untuk kemudian
melanjutkan job saya di shift 2 (jam 3 sore sampai 11 malam) nanti. Semangat!!
Hari
kelima. Hari terakhir muktamar. Hari yang ditunggu-tunggu kedatangannya
sekaligus hari dimana kita dibuat sedih karenanya. Saya termasuk golongan yang
kedua. Walaupun capek dan kantuk senantiasa menghinggap, tapi entah mengapa
dari awal sampai hari terakhir muktamar saya selalu antusias dalam kepanitiaan
ini, Alhamdulillah. Di hari terakhir ini, tertanggal 21 November kemarin para
rombongan ibu-ibu PDA dari seluruh Indonesia tersebut satu per satu berpamitan
pulang ke kampung halamannya masing-masing. Saya agak terharu mengingat momen
tersebut, mengingat kesempatan saya untuk melakukan hal ini lagi ialah kurang
lebih masih 30 tahun yang akan datang –acara muktamar diselenggarakan di Solo
lagi. Tapi apapun itu, sebagai resepsionis, saya harus tetap menampilkan wajah
senyum ketika berpamitan dengan ibu-ibu tersebut. Saya cukup terharu. Shift
hari itu dicukupkan hanya sampai sore saja dikarenakan para tamu muktamar
mayoritas sudah pulang semua. Sore itu, setelah shift, saya dan tim saya sesama
volunteer di hotel Lorin berkumpul di edutorium bersama para volunteer pemondokan dari
hotel-hotel yang lain untuk kemudian berfoto-foto bersama.
(Foto 7 : Tim panitia muktamar Hotel Lorin. Saya ujung nomer 2 [batik coklat])
Demikian
kisah pengalaman saya selama mengikuti kegiatan volunteering bagian pemondokan
di acara Muktamar Muhammadiyah dan Aisiyah yang ke-48. Saya sangat bersyukur
bisa berperan andil dalam mensukseskan acara muktamar ini. Sudah pasti ada
kekurangan-kekurangan selama acara ini berlangsung. Namun, saya belajar banyak
dari acara ini. Jikalau boleh mengajukan saran saya ingin mengusulkan bagi para
panitia di acara muktamar yang akan datang untuk lebih memperingkas struktural
kepanitiaan. Dari pengalaman saya selama menjadi volunteer ada beberapa
“jabatan” struktural kepanitiaan yang perannya kurang jelas dikarenakan
kekurang-simpel-an struktur job panitia. Saya ambil contoh dari job saya
sendiri sebagai bagian pemondokan. Tugas utama kami ialah mengecek check-in dan
check-out para peserta mukatamar. Tapi, pada kenyataannya peran kami jauh lebih
dari itu. Kami juga secara kondisional dipaksa untuk melakukan job-job dari
bagian panitia yang lain dikarenakan kami selalu stay 24 jam di resepsionis
tempat kami bertugas.
Sekian
pemaparan kisah saya sebagai volunteer pemondokan muktamar. Semoga kisah ini
bisa bermanfaat bagi pembaca dan khalayak umum. Terima kasih.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarokatuh.
(Kisah ini [tanpa gambar] saya kumpulkan untuk tugas muktamar mahasiswa. Konon katanya 48 tulisan terbaik akan di up dan diberi penghargaan. Saya sendiri tidak terlalu peduli akan hal itu. Pengalaman menjadi volunteer mukatamar ini sudah lebih dari cukup. Dan juga saya bersyukur jika bukan karena tugas muktamar tersebut saya tidak akan menulis cerita seperti ini. Terima kasih.)